FF//Life Card//Part 3 (END)

Title             : Life Card

Author         : yeyemimi

Main Cast   : Kim JongWoon

Kim Yena

Other Cast  : JuMyuk

                              Kang ImSeol

Kim Hyena

LeeTeuk

Genre         : Sad, Romance

Rated          : PG-15

***

|JongWoon Pov|

Kembali lagi ke tempat yang benar-benar aku benci. Rumah Sakit. Entah sampai kapan LeeTeuk Hyung terus memintaku menemaninya bekerja. Ya. Ku bilang “menemaninya”. Karena ini sudah terlalu sering.

Apa yang sudah ku putuskan benar-benar bulat. Tak peduli Hyung meledakkan bom atom lagi padaku. Tanpa dia lempar, aku akan tetap kalah. Aku dengar, hari ini Yena juga mulai menjalani beberapa teraphy menjelang operasinya. Aku ingin menemuinya, tapi,,,

Aku mengendap-endap sambil menuntun infusanku menuju ruangan Yena. Dia ternyata sedang bermain ponsel. Dia mendekatkan ponselnya dengan ragu. Seperti ingin merekam, atau menyampaikan pesan. Aku membuka sedikit pintu dan dapat ku dengar, dia menangis.

“Kau tahu kau memotong perkataanku saat kau bertanya kenapa aku lebih memilih hidup yang sulit daripada mati yang mudah? Pertama, aku ingin membalas apa yang telah Hyena Eonni lakukan padaku. Kedua, aku ingin berteman lebih lama dengan ImSeol. Ketiga, aku juga ingin,,,”

Dia menghentikan kalimatnya dan menangis seperti tak kuasa untuk mengatakannya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan menuju ruangan Yena. Dengan perlahan, aku kembali ke ruanganku.

 

|Author Pov|

JuMyuk dan Hyena berkunjung ke ruangan Yena. Mereka membawa barang-barang yang diperlukan Yena, termasuk boneka kesayangannya. JuMyuk khawatir karena mata Yena membengkak. Tapi Yena menjawab bahwa dia baru saja merasa sakit, hingga dia menangis.

JuMyuk bertanya lagi kapan pendonornya akan memberikan donornya. Yena menggeleng, dia belum tahu pasti karena LeeTeuk tak memberitahunya. Dia beralasan bahwa dia tidak tahu siapa pendonornya. Spontan, JuMyuk terlihat kesal dan keluar dari ruangan. “Apa dia seorang dokter? Bahkan bertemu dengan pendonornya saja tidak tahu? Lalu bagaimana jika dia tidak sehat?” Rutuk JuMyuk berjalan menuju ruangan LeeTeuk.

 

|JongWoon Pov|

Hah! Bersembunyi, berpura sedang berada di Las Vegas ternyata menyebalkan. Aku terlihat seperti seorang buronan. Aku meraih ponselku dan ada pesan suara dari Yena. Ya! Yena!

“Kau tahu kau memotong perkataanku saat kau bertanya kenapa aku lebih memilih hidup yang sulit daripada mati yang mudah? Pertama, aku ingin membalas apa yang telah Hyena Eonni lakukan padaku. Kedua, aku ingin berteman lebih lama dengan ImSeol. Ketiga, aku juga ingin,,,”

“Aku juga ingin hidup denganmu! Karena aku mencintaimu! Saranghanda, Babo~ya!” Aku terdiam mendengar kalimat yang ternyata ingin dia katakan. Tanpa sadar, aku meneteskan air mata. Memukul dadaku yang terasa sesak. Ini benar-benar membuatku merasa lebih sakit daripada penyakitku ini. “Geurae, Nan babo~ya!”

***

           “Aku tak dapat menarik keputusanku,” Ujarku pada LeeTeuk Hyung yang terlihat benar-benar frustasi. Dia terlihat menangis, terus berjalan ke kanan dan kiri.

“Kenapa aku harus bertemu denganmu?” Sentak LeeTeuk Hyung. Aku tahu, aku sudah mengecewakannya. Mengabaikan kebaikannya terhadapku. Tapi aku tak bisa.

“Mimpi pertamaku adalah ingin menjadi seorang polisi atau detektif. Dimana aku bisa menemukan Ibuku yang entah dimana sekarang. Lalu aku tak ingin menjadi apa-apa karena aku ingin selalu bersamamu. Tapi, ketika aku bertemu dengan dia dan tahu penyakitnya, aku ingin menjadi dokter sepertimu. Karena aku ingin menyembuhkannya. Tapi akhirnya, aku tak dapat mencapai semuanya. Ketika aku tahu penyakitku, aku benar-benar ingin hidup. Tapi saat aku tahu dia belum mendapatkan donornya, aku,,,”

Aku tak dapat meneruskan kata-kataku. LeeTeuk Hyung hanya menangis. Sama sepertiku, namun aku masih bisa menahannya meski suaraku benar-benar bergetar.

“Bukankah ini tidak adil? Dia yang lebih dulu mengidap penyakit itu. Tapi kenapa aku yang lebih dulu mendapatkan donornya? Aku ingin dia hidup! Aku ingin dia hidup! Jebal. Biarlah dia mencapai semua mimpinya. Meski dia tak ingin menyusul kedua orang tuanya,” Tangisku benar-benar pecah saat ini. Aku tak dapat menahan benteng di dadaku ini. Semua perasaanku tertumpah saat ini, hari ini, sama dengan pernyataan perasaan Yena padaku. “Aku mencintainya,”

 

|Author Pov|

JongWoon keluar dari ruangan LeeTeuk dengan lemas. Wajahnya kembali pucat, mungkin dia merasakannya. Tapi dia terhenti saat matanya bertemu dengan seseorang yang membuatnya terkejut.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Itu pertanyaan milikku,” Balas JuMyuk dengan tatapan dingin. JongWoon khawatir JuMyuk mendengar semuanya.

“Aku,,,” Katanya terhenti karena JuMyuk menyuruhnya untuk pergi ke ruangan JongWoon. Hening. Mereka belum memulai percakapannya. JongWoon masih khawatir jika JuMyuk mendengarnya.

“Kau menyedihkan,” Kali ini JongWoon mendapat jawabannya. Bahwa JuMyuk mendengar semuanya.

“Akhirnya kau tahu alasannya. Aku mohon, kau menepati janjimu,” JuMyuk menoleh ke arah JongWoon mencoba mengingat apa yang sudah ia janjikan pada JongWoon. Ternyata janji saat di dedpan ruangan HeeWoo. Jika HeeWoo menyukainya.

“Sebelum operasi kau harus bertemu dengannya,” JuMyuk lalu pergi meninggalkan JongWoon. Ia pergi karena tak dapat menahan tangisnya. Dia terus menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar dari percakapan JongWoon dengan LeeTeuk. Seperti inikah cinta? Batinnya masih mencoba menahan tangis.

***

           JongWoon terdiam di dalam ruangannya. Dia melihat tanggal di ponselnya. Disana ada pengingat bahwa Yena akan di operasi besok. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Haruskah dia menemui Yena dan menjelaskan semuanya? JongWoon merasa sakit di bagian dadanya. Dia berusaha menahannya dengan meminum air.

“Sebelum operasi, kau harus bertemu dengannya,” Kalimat Yena selalu terngiang di telinganya. Haruskah aku datang? Bagaimana? Batinnya masih mencoba rasa sakit.

Di ruangan lain, Yena tertidur lelap. Pintu terbuka dan ternyata itu JongWoon. Dia berusaha berjalan mendekat pada Yena.

“Kim JongWoon,” JongWoon tersentak kaget saat Yena memanggil namanya walau masih dengan mata tertutup. JongWoon mendekat dan melihat Yena yang sepertinya sedang memimpikannya. Dia membelai pipi Yena sambil menahan tangis.

“Kim JongWoon,” Panggil Yena lagi. Kali ini dengan mata terbuka. Yena menggenggam tangan JongWoon yang berada di pipinya. Yena berkata pada JongWoon untuk tetap berada di sampingnya karena dia akan hidup. JongWoon menangis lagi. Dia mengangguk dan terus berkata “Tetaplah hidup” sambil berusaha tersenyum dalam tangisnya.

JongWoon memeluk Yena dan menangis bersama. “Saranghanda,”

 

|Yena Pov|

           Hah! Satu tahun sudah aku hidup bebas dari ruang kesehatan karena penyakitku. Lagipula tak ada tujuan keduaku untuk pergi kesana. Ya. Karena laki-laki itu. Dia benar-benar tidak memberiku kabar. Aku yakin, dia sudah menjadi Warga Negara AS. Menyebalkan! Aku bahkan sudah hidup. Aku memenuhi janjinya, tapi,,,

Ah! benar! Aku sekarang kelas 2. Dan aku tak sekelas lagi dengan ImSeol. Tapi dengan JuMyuk! Ada yang aneh pada mereka, apalagi dengan ImSeol. Bukankah dia suka pada JongWoon? Kenapa dia bahkan tak tahu kabar JongWoon? Apa karena dia sudah tak menyukainya setelah tahu aku menyukai JongWoon?

Aku berniat untuk pergi ke kelas ImSeol, tapi saat tiba disana aku tak melihatnya. Hingga ku temukan dia sedang berada di tangga darurat? Kenapa dia pergi kesini? Dia sedang berbicara dengan seseorang di telpon. Aku tak ingin mendengar pembicaraannya jadi aku berniat untuk menunggunya, tapi aku batalkan karena mendengar dia menyebutkan nama JongWoon.

“Aku akan pergi bersama JuMyuk, dan aku akan membuat alasan pada Yena,”

***

           Pulang sekolah aku mengikuti mereka diam-diam. Ya. Apa yang dikatakan ImSeol benar, dia membuat alasan bahwa mereka akan pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku. Dia mengajak JuMyuk untuk membantu mencarinya. Tapi aku curiga. Siapa yang dia telpon saat di tangga? JongWoon?

Aku terkesiap saat mengetahui tempat yang mereka kunjungi. Pemakaman? Siapa yang mereka kunjungi? Hatiku benar-benar tak tenang saat itu, aku bersembunyi hingga mereka pulang. Tapi LeeTeuk Oppa masih disana.

“Apa yang mereka lakukan?” LeeTeuk Oppa berbalik dan terkejut melihatku. Kenapa?

 

|Author Pov|

           “Apa yang mereka lakukan?” LeeTeuk berbalik dan terkejut melihat Yena. Dia kebingungan. Bagaimana Yena bisa berada disini? Batinnya.

“Kim Yena,,,” Panggil LeeTeuk ragu. Yena yang benar-benar tak tahu menatap LeeTeuk kosong. Yena bertanya, apakah JongWoon masih berada di Las Vegas. Kenapa dia tidak memberinya kabar.

LeeTeuk berusaha memantapkan hatinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada Yena.

“Kim Yena. Mianhae,” HeeWoo semakin bingung dengan semuanya. Dia mencoba bertanya apa yang terjadi? Apa yang LeeTeuk dan kedua temannya lakukan? Siapa yang mereka kunjungi.

“Kim JongWoon. Mereka mengunjungi JongWoon,” Yena mematung. Telinganya berdengung seolah tak bisa mendengar apa-apa. LeeTeuk memberikan buku diary milik JongWoon. Ya. Sebelum JongWoon pergi dari Rumah Sakit setelah menemui Yena sebelum operasi, dia meminta LeeTeuk untuk membeli sebuah diary.

“Kim Yena. Nama itu seolah udara bagiku. Ya. Ketika 1 atau 2 hari bahkan 1 menit, aku selalu memikirkannya. Ya. Seperti udara yang selalu ku hirup setiap detiknya.

           Awal pertemuan kami, saat kau sering berkunjung ke ruang kesehatan, sama sepertiku.

          “Hati seseorang akan berubah karena suatu kebiasaan,” Kau percaya itu? Aku jelas percaya. Karena itu yang ku alami setelah terbiasa melihatmu. Tak peduli kau memiliki penyakit bahkan yang menular hingga mematikan. Aku tak peduli itu. Karena aku pun sama sepertimu.

“Tetaplah Hidup!” Kau masih ingat pesanku itu? Maafkan aku, jika aku tak dapat mengabulkan permintaanmu untuk tetap berada di sisimu.

          Impianku untuknya adalah selalu berada disisinya. Jika saja Tuhan memberiku lebih dari 1 nyawa. Aku akan membagi nyawaku padanya, agar kami selalu bersama.

         Tapi mimpi hanyalah mimpi. Ku rasa itu hanyalah mimpi terindah dan aku tak ingin bangun dari tidur itu, agar mimpi itu tetap ada. Terima kasih telah memberiku hari-hari yang indah. Terima kasih telah mencintaiku.

      Saranghae……………

Air mata yang sedari tadi menampung di kantung matanya, kini mengalir. Yena memeluk buku diary itu dan mendengarkan penjelasan LeeTeuk. Dia menjelaskan selama ini JongWoon tidak pergi ke Las Vegas. Melainkan berada di Rumah Sakit bersamanya.

‘Itu bukan halusinasiku? Malam dimana aku bertemu dengannya. Menggenggam tangannya. Memeluknya. Itu bukan sebuah halusinasi? Dan itu adalah terakhir aku melihatnya? Bukan saat di sekolah saat kami bertengkar?’ Batin Yena menangis masih memeluk diary itu.

“Jadi dia mati karena aku? Aku yang telah mencuri kartu hidupnya?” Tanya Yena. LeeTeuk menggeleng menahan tangis. Dia menjelaskan lagi bahwa malam sebelum operasi Yena, dia kabur dari Rumah Sakit. Dan menurut saksi yang melihatnya. Dia pergi ke jalanan dan hendak menyebrang. Tapi, dia sudah tak bisa menahan rasa sakitnya hingga dia terjatuh di tengah jalan raya membuat para pengendara kaget. Hingga di bawa ke Rumah Sakit, dia tak dapat di tolong lagi.

Yena termenung di dalam mobil LeeTeuk. Dia masih memeluk diary itu.

“Tetaplah hidup!” Suara itu membuat Yena terdiam. Lalu menoleh ke sumber suara. “Maafkan aku karena terlalu banyak berbohong,” Yena menangis saat yang ia lihat di hadapannya adalah JongWoon.

‘Bahkan aku masih berharap bahwa apa yang ku lihat ini sama dengan satu tahun lalu. Yang ku kira halusinasi tapi sebenarnya adalah sebuah kenyataan,’ Perlahan, bayangan JongWoon menghilang membuat Yena menangis lagi.

 

==THE END==

RCL :^) don’t be silent reader :^D

FF//Life Card/Part 2

Title             : Life Card

Author         : yeyemimi

Main Cast   : Kim JongWoon

                      Kim Yena

Other Cast : JuMyuk

                      Kang ImSeol

                      LeeTeuk

                      Kim Hyena

Genre         : Sad, Romance

Rated         : PG-15

 

***

 

|Author Pov|

           JongWoon menerawang seisi rumah Yena. Sejuk, damai, dan simple. JongWoon kagum dengan suasana rumah Yena. Matanya tertarik untuk melihat sebuah foto yang tertempel di dinding ruang tamu. Ya. Foto keluarga Yena. JongWoon tersenyum saat melihat foto Yena yang duduk disamping Kakak perempuannya. Lucu. Pikirnya.

           “Apa yang kau lihat?” JongWoon berbalik ke arah Yena lalu duduk. HeeWoo menyimpan teh di atas meja lalu duduk berhadapan dengan JongWoon. Kim Hyena, Kakak Yena baru pulang dari kerjanya. Dia menyapa JongWoon lalu ikut bergabung bersama mereka berdua. Mereka tertawa saling bercerita.

           “Baru kali ini melihatnya tertawa begitu lepas,” Batin JunHo memperhatikan Yena yang tertawa begitu lepas saat kakaknya menceritakan kencan pertamanya bersama seorang laki-laki yang ternyata berusia 15 tahun lebih tua dari Kakaknya.

***

           Yena memasuki kelas dengan malas. Karena dia tidak berangkat sekolah bersama ImSeol. ImSeol bilang dia tidak akan pergi sekolah. Yena berkali-kali menendang udara dengan kesal. Ya. Dia semakin kesal karena dia orang pertama yang memasuki kelas. Padahal dia berangkat sekolah seperti biasanya. Aneh dan menyebalkan. Ujarnya.

           “Saengil chukhahamnida~ Saengil chukhahamnida~ Saranghaneun uri Yena ~ Saengil chukhahamnida~~”

           Ternyata teman-teman Yena memberi kejutan padanya. Termasuk ImSeol. Yena merasa ingin menangis saat ini juga. Tapi ImSeol melarangnya dan malah mengajaknya untuk ke depan kelas. Yena berdoa sebelum akhirnya meniup lilin ulang tahunnya.

           “Saengil chukhahmnida,” Yena mengangkat dagunya menatap seseorang yang memberinya ucapan. Laki-laki yang baru, pikirnya.

           “JuMyuk~ah!” Yena tersenyum melihat penampilan JuMyuk yang berbeda. Ya. JuMyuk melepas kaca matanya dan membuatnya terlihat lebih,,, cool

           Suara langkah kaki terdengar menuju kelas itu. Dia terdiam menyaksikan pemandangan yang baginya tak cocok untuk dirinya. Dia pun pergi dari sana.

 

|JongWoon Pov|

           Kenapa kakiku enggan untuk melangkah ke sekolah? Ya. Rasanya aku tak kuat melangkah. Tapi,,, aku sudah terlanjur sampai di depan pintu kelas. Dan aku melihat keramaian. Yena. Aku melihatnya tersenyum, tertawa bahagia di depan JuMyuk.

           Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku belum memberi ucapan padanya karena semalam aku sedang berada di Rumah Sakit. Jadi, aku belum sempat mengatakannya. Ah! aku benar-benar tak kuat. Kenapa begitu pusing? Perutku mual. Keringat memenuhi tubuh bahkan wajahku.

           “Kau tidak boleh menunjukkannya disini,” Ucapku didepan cermin toilet mencoba menahan rasa sakitku. Aku segera mengambil obat dalam tasku. Lalu meminumnya.

***

           Pulang sekolah, aku mengajak Yena pergi ke sebuah tempat. Aku menutup matanya dengan kedua tanganku. Dia terus memintaku untuk segara melepaskan tanganku dari matanya. Bukan surprise jika aku membiarkannya melihat. Protesku.

           “Kau boleh membuka mata,” Pelan tapi pasti, dia membuka matanya langsung memelukku.

           “Aku bahkan belum mengucapkan selamat padamu,”

           “Tidak perlu. Asal kau disisiku,” Ucapnya semakin erat memelukku. Kenapa aku takut dengan kata-katanya. Ya. Aku takut jika aku mengingkari dan mengecewakannya.

           Kami duduk berdampingan memandang langit sambil memakan kue tartnya. Dia menyuruhku untuk menerima suapannya. Aku terima. Dan giliranku untuk menyuapinya.

           “Apa kau sudah mendapatkan donormu?” Tanyaku. Dia menggeleng tersenyum.

           “Sulit sekali. Ya. Ingin hidup itu sulit sekali. Tapi ingin  mati begitu mudah,”

           “Mana yang kau inginkan?” Dia menatapku aneh. Tapi dia menjawabnya.

           “Tentu saja aku ingin hidup,”

           “Kalau begitu hiduplah!” Kini dia semakin menatapku tajam. Tapi,,, keringat di dahinya mulai muncul, wajahnya terlihat pucat.

           “JongWoon~ah!” Aku segera membawanya pergi ke rumah sakit tempat LeeTeuk Hyung bekerja. Dia ingin hidup. Dia tidak boleh mati. Aku terduduk di depan ruang ICU. JuMyuk dan ImSeol datang bersama Hyena Noona.

           “Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian bersama?” Tanya JuMyuk.

           “Bukan saatnya untuk bertanya tentang itu!” Ucap ImSeol. LeeTeuk Hyung keluar dan Hyena Noona bertanya keadaan Yena. Hyung bilang bahwa Yena harus segara mendapatkan donornya agar segera melakukan operasi. Hyena Noona terlihat sedih. Dia hampir terjatuh, namun tertahan oleh LeeTeuk Hyung.

***

           “Apa maksudmu?” Sudah kuduga. Aku pasti akan mendengar bom atom lagi. LeeTeuk Hyung terus memarahiku karena kata-kata yang kuucapkan tadi.

           “Kau tahu apa yang ku lakukan selama bersamamu? Aku merawatmu agar kau tetap hidup,”

           “Aku tidak meminta,” LeeTeuk Hyung terdiam. Sepertinya dia tak dapat membalas kata-kataku. Dia duduk kembali menutup wajahnya dengan kedua tangannya merasa frustasi, lalu membuang nafasnya kesal.

           “Tapi kau pernah berkata bahwa kau ingin tetap hidup,” Ya. Aku mengaku pernah mengatakannya saat aku pertama kali bertemu Yena.

           “Tapi ada seseorang yang benar-benar ingin hidup,”

           “Aku lelah! Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu,”

           “Berhentilah menjadi Hyungku kalau begitu,” Aku rasa, aku benar-benar membuatnya marah besar seperti Hulk. “Untuk apa aku hidup? Tak ada yang menginginkan aku hidup. Saat itu aku berkata aku ingin hidup karena Yena. Bukan karena orang lain yang menginginkanku hidup,,,” Aku tak dapat mengatakan apa-apa lagi. Secara tidak langsung. Aku mengungkit hidupku dulu yang menakutkan.

           Dulu saat dimana aku ditinggalkan ibuku dan dia menulis surat bahwa aku bukan anak yang diinginkan untuk hidup. Aku lalu di bawa oleh pihak Panti Asuhan. Dan sejak saat itu, aku bertemu dengan LeeTeuk Hyung. Hingga dia bisa menjadi seorang dokter.

           “Aku akan tetap melakukannya,” Aku pergi menutup pintu dengan lemas. Yena benar-benar ingin hidup. Aku tak mungkin membiarkannya mati begitu saja.

|Author Pov|

           JongWoon kembali ke ruangan Yena. Di luar, terlihat JuMyuk yang sedang duduk sambil menundukkan kepalanya. JongWoon menghampirinya dan duduk di samping JuMyuk. JongWoon berkata bahwa JuMyuk yang saat ini berada di sampingnya bukanlah JuMyuk yang dia kenal. JuMyuk mengabaikan perkataan JongWoon dan berpikir bahwa JongWoon sedang mengejeknya karena dia tidak memakai kacamata.

           “Dia menderita Leukimia 1 tahun lalu,” JongWoon terdiam mendengar pernyataan JuMyuk. Bagaimana dia bisa tahu? JuMyuk menjawab bahwa dia, Yena, dan ImSeol sudah berteman sejak dulu.

           “Lalu, kenapa kalian terlihat seperti tidak berteman?” Tanya JongWoon mulai penasaran.

           “Karena aku merasa bimbang. Dan akhirnya kami tak sedekat dulu,” JongWoon merasa bingung dan tak mengerti apa yang dikatakan JuMyuk.

           “Aku menyukai Yena. Tapi aku rasa dia tak menyukaiku. Karena kami selalu dijodohkan oleh ImSeol? Atau hal lain?” JuMyuk bertanya pada dirinya sendiri. Sementara JongWoon diam. Dalam hatinya JuMyuk adalah orang yang tepat.

           “Lalu bagaimana jika Yena ternyata menyukaimu?” JuMyuk terlihat kesal karena dia pikir JongWoon sedang mengejeknya. Tapi dia menjawab karena wajah JongWoon terlihat serius.

           “Aku akan menjaganya. Membuatnya bahagia. Dan tentu saja, membuatnya sembuh dari penyakitnya,” JuMyuk tersenyum. Dia benar-benar berharap jika semuanya terjadi. Dan tentu saja ia akan menepati janjinya.

***

           Yena kembali sekolah setelah 2 hari berada di Rumah Sakit. Wajahnya terlihat bahagia saat memasuki kelas dan mendapati temannya sedang bermain ponsel.

           “Aku akan hidup,” Ucapnya pada ImSeol membuatnya memeluk erat Yena. JongWoon yang mendengar percakapan mereka tersenyum namun kembali berwajah dingin.

           Yena menatap kearah JongWoon yang sedang mendengar music. Sepertinya dia juga akan mengabarkan kabar baik ini pada JongWoon.

           Yena meminta JongWoon untuk menemuinya di belakang sekolah. Tapi JongWoon menolaknya dengan sikap dingin. Yena kesal dan terus memaksa JongWoon untuk ikut dengannya ke belakang sekolah.

           “Apa kau tuli?” Yena perlahan melepaskan tangannya dari tangan JongWoon saat berteriak padanya. JongWoon kembali berkata bahwa ia tidak mau bicara bahkan bertemu dengan Yena. Yena tertawa kecil mengira JongWoon hanya bergurau. Tapi JongWoon berkata lagi bahwa apa yang ia katakan adalah benar.

           “Waeyo?” Mata Yena mulai berkaca-kaca. Dia tak menyangka di hari bahagianya, JongWoon berkata hal yang menyakitkan padanya.

           “Karena aku tidak ingin bertemu denganmu,” JongWoon hendak pergi meninggalkan Yena namun terhenti karena ucapan Yena.

           “Aku mengabulkan permintaanmu untuk tetap hidup,” JongWoon meneruskan langkahnya dengan berat hati. Ia ingin menangis, namun mencoba untuk menahannya. Berbeda dengan Yena yang terus menangis setelah mendengar perkataan JongWoon. Dia memukul-mukul dadanya dan terus berkata “Aku akan hidup”

 

|JongWoon Pov|

           Aku pikir dengan begini aku bisa lepas darinya. Tak hentinya aku memaki diriku sendiri di depan cermin. Ya. Aku mengingkari janjiku. Sementara dia menepati janjinya padaku agar tetap hidup. Aku sangat bodoh. Bagaimana bisa aku membuatnya menyukaiku terlalu dalam? Dan sekarang, aku harus bertanggung jawab atas apa yang ku lakukan. Aku harus menjauh darinya.

           Aku kembali ke kelas dan tak melihat Yena di bangkunya. Mungkinkah dia belum kembali? Dengan segera aku berlari menuju tempat dimana tadi kami bertemu. Ternyata benar. Dia masih disana. Aku menghampirinya dengan ragu. Tapi dia menyadarinya.

           “Aku telah memaafkanmu,” Katanya dengan suara gemetar.

           “Lalu kenapa kau lebih memilih untuk hidup yang sulit daripada mati yang mudah?”

           “Karena banyak yang belum ku capai,” Dia masih menundukkan kepalanya. Mungkin untuk menutupi kesedihannya dariku. “Aku ingin tumbuh dewasa hingga aku mampu membalas apa yang telah Hyena Noona lakukan padaku. Aku juga ingin berteman lebih lama dengan ImSeol. Aku juga ingin,,,”

           “Bukankah orang tuamu sudah tak ada? Kau tak ingin menemui mereka?” Aku tahu, mungkin ini pertanyaan yang menyakitkan baginya. Tapi dia menjawab bahwa meskipun orang tuanya sudah meninggal, bukan berarti dia juga harus menyusul mereka hanya karena ingin bertemu. Karena dia sering bertemu dengan mereka dalam mimpi.

           “Kalau begitu tetaplah hidup!” Aku meninggalkannya. Dan aku kembali mendengar tangisnya. Aku tak ingin menyakitinya dengan hal seperti ini. Tapi ini adalah hal terbaik. Maafkan aku Yena.

 

 |Yena Pov|

           Hari ini, terakhir aku sekolah karena mulai besok, aku harus di Rumah Sakit. Menyebalkan! Tapi, apa daya? Seperti inilah usaha agar tetap hidup. Aku ingin hidup! Aku ingin hidup! Akan aku tunjukkan padamu, Kim JongWoon!

           Orang yang ingin aku temui taka da di tempatnya. Ya. Kim JongWoon, aku tak melihatnya. Teman-teman bilang bahwa dia akan pindah ke Las Vegas. Ini lebih menyebalkan daripada tinggal di Rumah Sakit berhari-hari. Sebenarnya apa yang dia lakukan padaku? Bukankah aku sudah memenuhi janjiku? Apa dia justru tak ingin jika aku memilih hidup?

           Aku menundukkan kepalaku mencoba menahan tangis. ImSeol menghampiriku dengan tatapan sedih. Dia memelukku dan berkata padaku untuk berpura-pura tidak mendengarnya.

           Guru Kesiswaan datang dan memberitahu bahwa JunHo sudah mengonfirmasi untuk pindah sekolah ke Las Vegas. Tanpa LeeTeuk Hyung tentunya. Mungkin ini yang dimaksud ImSeol agar aku berpura tak mendengarnya.

           Saat dia tidak masuk 3 bulan, dia juga pergi ke Las Vegas. Mungkinkah dia sudah memiliki,,,

FF//Life Card//Part 1

Title                 : Life Card

Cast                  : – Kim JongWoon

                              – Kim Yena

Other Cast  : – Kang ImSeol

                              – JuMyuk

                              – LeeTeuk

                              – Kim Hyena

Genre            : MeloFF, romance, friendship

Rated             : PG-15

 ***

           Akhirnya, tahun baru datang. Tapi kenapa harus di musim gugur? Mengesalkan bagiku. Kenapa tidak turun salju selama 2 musim ini? Apalagi aku yang sudah hampir 3 bulan dikurung di tempat yang membuatku sesak. Bau obat-obatan, dan bau khas rumah sakit yang lainnya membuatku rasanya ingin segera keluar. Tapi, aku harus menunggunya hingga besok.

Saat ini aku menjalani beberapa teraphy untuk kesehatanku. Sebenarnya aku tak ingin melakukannya. Tapi LeeTeuk hyung terus memaksaku untuk selalu melakukan theraphy ini. Dia menyebalkan. Dia cerewet. Jika aku tak menurut padanya, dia akan terus memaksaku hingga aku menganggukkan kepalaku.

3 Bulan aku berada di Rumah sakit. 3 bulan juga aku tak pergi sekolah. Rindu. Ya. Aku rindu kebisingan saat di kelas. Aku rindu saat mengobati siswa di Ruang Kesehatan. Termasuk, aku rindu pada gadis yang selalu ku pandang saat guru sedang menerangkan. Yang selalu datang ke ruang kesehatan Ya. Aku rindu semuanya.

“Apa yang kau pikirkan?” LeeTeuk Hyung datang membawa tas yang cukup besar. Kurasa itu pakaianku yang dibawanya dari rumah. Dia duduk mengeluarkan isi tasnya lalu menyimpannya di atas meja. Huh. Aku benar-benar ingin pulang.

“Ada kabar baik untukmu,” Dia menghampiriku dengan ekspresi yang,,, bisa kutebak itu adalah kabar baik. Entahlah, kabar apa itu. Aku menatapnya dengan tatapan yang biasa saja. Ya. Biasa saja. Tak tahu. Meski ekspresinya sedikit membuatku penasaran, tapi tak ada rasa untuk segera mengetahuinya.

“Aku sudah mendapatkan donormu,” Senang? Tidak. Ekspresiku biasa saja. Entah. Kenapa aku tak bahagia sebagaimana LeeTeuk Hyung mengatakannya. Bahkan sampai sekarang senyumnya pun tak hilang. Padahal dulu aku begitu tak sabar untuk segera mendapatkan donor.

“Baguslah. Kalau begitu, aku boleh pulang hari ini?” Aku berusaha bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju jendela. Aku menatap jalan raya yang sesak dengan berbagai kendaraan. Bagiku, tempat yang paling indah adalah apa yang ku lihat dari atas. Di atas, aku bisa melihat semuanya. Bahkan Namsan Tower bisa kulihat.

“Kenapa kau begitu bersikeras untuk pulang? Siapa yang menunggumu?” Kata-katanya membuatku terdiam. Benar. Memangnya siapa yang menunggu kedatanganku? Aku bukan orang yang penting.

 

|Author Pov|

Yena dan ImSeol sedang asyik bermain game lewat ponsel ImSeol. Mereka tertawa bersama saat guru mereka tidak masuk kelas. Suasananya begitu kacau. Semua siswa dikelas itu asyik bermain. Kecuali JuMyuk. Dia asyik membaca buku yang dipegangnya. Namja berkaca mata itu adalah seorang kutu buku yang digemari para yeoja disekolah. Namun, belum ada yang mampu mendapatkan hatinya.

“Yena~ya! Kau yakin tak tertarik pada JuMyuk?” Tanya ImSeol. Yena berhenti dengan ponselnya, lalu memandang JuMyuk yang pergi keluar kelas.

“Aku tertarik padanya. Dia pintar,” Jawab Yena kembali bermain dengan ponselnya.

“Tapi kau tidak menyukai JongWoon kan?”

Kali ini, Yena kembali berhenti. Cukup lama. Tapi dia tak menatap JongWoon yang sedang asyik mendengarkan music sebagaimana dia memandang JuMyuk tadi. Dia membuang nafasnya malas, lalu bangkit dari duduknya.

“Aku lelah,” Ucapnya menaruh ponsel ImSeol dimejanya sebelum dia pergi keluar. ImSeol cukup kesal karena Yena tak menjawab pertanyaannya. Ya. Yena selalu menghindar dari ImSeol jika dia bertanya tentang JongWoon. Namja yang selama ini disukai ImSeol itu selalu memenuhi pikiran Yena. Entah. Jika dia mendengar namanya, jantungnya tak akan berdetak normal.

Yena duduk di pinggir lapangan. Dia memandang teman-teman dari kelas lain sedang bermain bola. Matanya perlahan dipenuhi air matanya. Dia segera menghapusnya sebelum air mata itu jatuh.

“Kau pasti bisa melakukannya,” Tiba-tiba saja Yena tersentak kaget saat seseorang duduk disampingnya.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Yena. JongWoon tersenyum tanpa menatap Yena.

“Selama aku tidak sekolah. Kau tidak pergi ke ruang Ruang kesehatan lagi kan?” JongWoon menatap Yena yang memandangnya. Tatapan yang membuat Yena tenang, dan merasa nyaman disampingnya. Yena berbohong dengan mengangguk mengiyakan. Senyum JongWoon terlukis membuat HeeWoo juga tersenyum.

“Selalu jaga kesehatan. Jangan terlalu lelah. Aku tidak ingin kau sakit lagi,” Ucap Jongwoon. Dia menggenggam tangan Yena. “Mianhae. Karena aku sempat meninggalkanmu,” Yena menunduk. JongWoon tersenyum malu karena tingkah Yena. Ingin sekali dia memeluk Yena untuk melepas rindunya selama 3 bulan itu. Tapi, dia tak mungkin melakukannya.

Dia bingung jika matanya bertemu JongWoo. Tak dapat dipungkiri, jika dia memiliki rasa yang sama pada JongWoon. ImSeol yang telah dulu menyukai JongWoo tak dapat dia elak. Apalagi, ImSeol selalu berusaha menjodohkannya dengan JuMyuk. Padahal, Yena sama sekali tak ada rasa lain selain kagum pada JuMyuk.

***

           “Minumlah,” JongWoon menyodorkan air pada Yena. Ya. Yena harus kembali ke Ruang kesehatan setelah 2 minggu terakhir ini. Wajahnya pucat, membuat JongWoon khawatir. JongWoon menunggu di ruang UKS hingga Yena membaik. Ya. Itulah yang selalu dilakukan JongWoon. Sebagai anggota yang selalu melayani siswa yang sakit. Karena itulah, dia sering bertemu dengan Yena. Termasuk tentang penyakitnya. Yena malu saat JongWoon mengetahuinya. Dia selalu menghindar untuk tidak masuk Ruang Kesehatan lagi. Tapi, dia tak bisa menahan rasa sakitnya.

 

|JongWoon Pov|

Telingaku lagi-lagi harus menahan teriakan yang nyaris mirip dengan ledakan bom atom. LeeTeuk Hyung lagi-lagi memintaku untuk tinggal lagi di rumah sakit. Memang begitulah seorang dokter. Dia selalu saja membujuk pasiennya untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin dilakukan. Termasuk aku.

Aku tak bisa selalu saja menuruti kemauannya dengan menganggukkan kepala. Ya. Aku menolaknya. Aku tak peduli jika dia terus berbicara hingga berbusa untuk membujukku. Meski dia sudah ku anggap sebagai kakak kandungku. Tapi aku tak bisa jika harus jauh lagi dengan Yena. Selama 3 bulan ini, aku menahan rinduku padanya. Dan baru 5 hari, aku sudah diminta lagi untuk jauh darinya. Apalagi, kondisi kesehatannya semakin memburuk.

Ponselku bergetar memotong ucapan LeeTeuk Hyung. ImSeol? Ada apa dia memanggilku? Apa terjadi sesuatu pada Yena? Aku segera menjawab panggilannya. Diseberang sana, aku mendengar suaranya yang  bergetar. Dia memintaku untuk menemuinya di luar. Tepatnya di seberang rumahku. Tanpa memikirkan hal lain, aku segera berlari menemuinya meninggalkan LeeTeuk Hyung yang menghentikan omelannya. Mungkin saat ini sepertinya dia kesal.

“JongWoon~ah!” Dia menangis berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia berlari lebih mendekat padaku hingga dapat memeluk tubuhku. Apa yang terjadi? Ada apa dengannya?

“Orang tuaku akhirnya berpisah. Lalu bagaimana dengan aku?” Dia semakin erat memelukku. Aku tak bisa melepasnya. Lalu aku mencoba untuk menenangkannya dengan mengelus rambutnya yang terurai. Aku tahu. Alasan kenapa Yena enggan bertemu denganku karena ImSeol menyukaiku. Dia tak ingin menjadi seorang teman buruk dimata ImSeol.

“Lakukan apa yang terbaik untukmu nantinya,” Dia mengangguk masih dalam pelukanku.

“JongWoon~ah!” Akhirnya dia melepaskan pelukannya dan menatapku ragu. Aku berusaha tersenyum agar dia tak ragu menatapku. Mungkin, dia akan mengatakan sesuatu.

“JongWoon~ah! Bolehkah kau menjadi orang yang kusayangi selain orang tuaku?” Senyumku perlahan pudar. Kenapa dia berkata seperti itu? Kenapa dia mengganti topic? “Aku menyukaimu,” Kini aku semakin bingung dengan sikapnya.

“Gomawo, geurigo Mianhae ImSeol~ah,” Mungkin kata-kata ini menyakitkan baginya. Tapi aku tak tahu apa yang harus kukatakan dengan pernyataannya yang membuatku bingung. Mungkinkah dia sedang menyatakan perasaannya? Kenapa begitu cepat? Wajahnya terlihat menyesal. Aku segera meminta maaf padanya dan menjelaskan kata-kataku tadi.

“Aku hanya tidak ingin pertemanan kita berhenti,” Ya. Dia semakin menundukkan wajahnya hingga aku tak dapat melihat wajahnya. Maafkan aku ImSeol.

 

|Author Pov|

JongWoon ragu untuk masuk ke kelas. Dia merasa bersalah pada ImSeol karena kejadian kemarin. Dia melihat ImSeol sedang asyik bermain ponsel. Tapi, matanya berhenti di kursi sudut kanan. Dia melihat Yena bersama JuMyuk sedang mengerjakan tugas. Dia semakin malas untuk masuk kelas dan berniat ke ruang Kesehatan. Tapi, panggilan seorang perempuan membuatnya berhenti melangkah.

“ImSeol~ah!” JongWoon benar-benar kaget saat mendapati seseorang yang memanggilnya adalah ImSeol. ImSeol memberinya senyuman yang tulus. JongWoon bingung apa yang harus ia lakukan. Tak mungkin juga jika saat ini ia harus pergi meninggalkan ImSeol lagi seperti kemarin.

“Kenapa kau tidak masuk? Kau pikir aku tidak melihatmu di pintu?” ImSeol kesal, walau sebenarnya dia hanya berpura bersikap seperti biasanya pada JongWoon untuk menutupi kesedihannya karena peristiwa kemarin. “Kau benar-benar ingin pertemanan kita berhenti?”

“Ani!”

ImSeol tersenyum saat JongWoon menjawab dengan spontan. JongWoon pun ikut tersenyum, lalu merangkul bahu ImSeol untuk masuk ke kelas. ImSeol tersenyum.

Yena melihat kedekatan temannya itu dengan JongWoon. Apa mereka sudah berpacaran? Batinnya masih menatap mereka berdua. Yena duduk mencoba menatap ImSeol ragu.

“Kalian,,,”

“Kami tidak jadi putus pertemanan,” Bisik ImSeol membuat Yena bingung. ImSeol menjelaskan lagi bahwa ia tadinya ingin memutuskan hubungan pertemanannya dengan JongWoon. Tapi tidak jadi. Ya. ImSeol berbohong. Meski hatinya masih sedikit sakit jika mengingat kejadian kemarin.

Yena masih bingung dengan penjelasan ImSeol. Dia pun melirik JongWoon yang sibuk dengan ponselnya. Ponselnya tiba-tiba bergetar dan Yena membuka pesannya.

Ternyata JongWoon. Ia segera melirik JongWoon kembali yang memberinya senyuman. JongWoon meminta Yena untuk pulang bersamanya. Yena mengangguk mengiyakan. JongWoon semakin melebarkan senyumnya. JuMyuk ternyata melihat percakapan batin mereka. Dia terlihat sedih, lalu kembali dengan buku ditangannya.

***

            Ternyata JongWoon meminta Yena untuk pergi ke rumah Yena. Yena sendiri aneh. Kenapa JongWoon ingin pergi ke rumahnya? Padahal dia sudah berbohong pada ImSeol dan berkata bahwa dia akan pergi ke rumah sakit.

“Kau dan ImSeol,,,”

“Kenapa aku dan ImSeol?” Tanya JongWoon sambil berjalan. Yena menundukkan wajahnya sambil menggelengkan kepalanya.

“Berpacaran?” Yena berhenti melangkah. Sementara JunHo masih berjalan. JongWoon menyadari Yena tak ada disampingnya lagi, ia langsung menoleh ke belakang menatap Yena yang sedang menatapnya sedih.

“Kau kenapa?” Tanya JongWoon memegang bahu Yena.

“Kalian berpacaran?” Seketika JongWoon tertawa membuat Yena semakin kesal. Dia meninggalkan JongWoon yang masih tertawa.

 

|JongWoon Pov|

“Kalian berpacaran?” Seketika aku tertawa membuatnya semakin kesal. Aku tak kalah kesal karena dia meninggalkanku.

“Mianhae,” Ucapku menghalangi jalannya. “Aku tidak berpacaran dengannya,” Dia mengangkat dagunya. Ya. Matanya terlihat berair. Mungkinkah dia mengangis? Kenapa?

“Jinjja?” Aku mengangguk mengiyakan. Dia tersenyum. Kenapa? Kenapa dia tersenyum? “Baguslah,” Dia lalu berjalan kembali menabrak tanganku yang kurentangkan.

“Aku berpacaran dengannya,” Ya. Dia menghentikan lagi langkahnya. “Kim Yena,, Kau menyukaiku?” Kenapa jantungku berdetak seperti ini? Aku bahkan tak berlari mengelilingi lapangan sekolah. Dia tak menjawab pertanyaanku dan malah meninggalkanku. Kim Yena. Kau menyukaiku? Ya. Akhirnya aku bisa menyimpulkan ekspresi dan perkataannya. “Apa kalian berpacaran?” “Jinja?” “Baguslah” aku tahu maksud semua itu.