FF//Waiting For You//OneShoot

Title                : Waiting For You

Author            : Yeyemimii

Main Cast      : – Kim Yena

                         – Kim JongWoon

Other Cast     : – Henry Lau

                          – Cho KyuHyun

                          – HanKyung

Genre             : Romance, sad, friendship

Rated              : PG-15

 

            “Mengharapkan sesuatu yang jelas tak kan pernah terjadi, bukankah itu gila?”

 

|Yena Pov|

            Ini yang bisa ku lakukan. Menemaninya bekerja setiap hari, membuatkannya sarapan, bahkan menyiapkan pakaian untuknya. Aku terlihat seperti managernya. Lucu. Kim JongWoon. Kami sudah berhubungan selama 3 tahun. 2 minggu yang lalu kami melakukan pertunangan. Sejujurnya sulit bagiku untuk melakukannya. Tapi harus bagaimana lagi? Ku rasa usia hubungan kami sudah cukup tua dan memang sudah baik untuk melakukan pertunangan.

            “Malam ini Ibu meminta kita untuk makan malam,” Dia menghampiriku seraya tersenyum. Kemeja hitam dengan lengan yang ia lipat membuatnya terlihat benar-benar seperti seorang model. Ya. Walau dia sudah melakukan beberapa pemotretan mengingat dia seorang pelukis muda terkenal.

            “Aku merindukanmu,” Ucapnya seraya mendekatkan wajahnya padaku. Dengan cepat aku memalingkan wajahku menghindar dari wajahnya.

            “Mianhae, JongWoon~ah!” Apa yang aku lakukan? Selama 3 tahun, bahkan kami belum pernah melakukan itu. Seolah membencinya, aku bahkan tak berani menatapnya setelah melakukannya.

            “Aku lapar,” Dia menampakkan wajah sedih. Aku tahu ini sangat menyakitinya. Tapi hatiku tak bisa berkata ‘ya’ saat dia menginginkan apa yang membuatku bingung.

            Kami pergi ke restoran untuk memesan beberapa makanan. Dia masih marah padaku. Bahkan menatapku pun tidak. Wajahnya tertutup buku menu makanan.

            “Ice coffe latte,”

            “Kau tidak bisa minum itu! Tolong berikan kami teh hangat,” dengan cepat aku meralat pesanannya. Semarah itukah dia hingga berani memesan minuman yang bahkan hampir membuatnya mati?

            “Maafkan aku, JongWoon!” Pintaku padanya. tapi dia tetap diam memainkan bunga yang ada dalam vas bunga di atas meja ini, seolah tak  mendengar permintaan maafku.

***

            “Apa yang harus ku lakukan?” Tanyaku pada JuMyuk. Dia teman yang paling dekat dengan JongWoon. Aku mengatakan padanya jika aku menolak JongWoon kembali.

            “Apa kau tidak bisa melupakannya? Jika aku menjadi JongWoon, aku sudah memutuskanmu!” Ucapan yang nyaris seperti teriakan. Aku tahu dia akan sama marahnya dengan JongWoon. Tapi aku harus bagaimana? Sampai saat ini, aku bahkan masih sulit untuk melupakannya.

            “Tapi dia akan selalu bersamaku, kan?” Tanyaku penuh harap. Sudah ku duga ini akan terjadi. JuMyuk tak menjawab dan malah pergi mengabaikan pertanyaanku. Aku sengaja mengatakan padanya setiap aku menyakiti JongWoon agar setidaknya JongWoon tahu apa yang aku rasakan. Tapi aku salah. JuMyuk bahkan tak pernah menceritakan curhatanku pada JongWoon.

 

|JongWoon Pov|

            Sulit bagiku jika harus terus melanjutkan hubungan ini. Aku merasa aku bagai sebuah game baginya. Ya. Ketika dia merasa kesepian, aku bersiap menemaninya. Tapi, ketika dia memiliki teman, dia mengabaikanku meski dia memenangkan game itu.

            Aku marah. Ya. Bagaimana aku tidak marah. Aku bahkan belum pernah melakukan ciuman bahkan berpelukan dengannya. Lucu. Padahal kami sudah bersama 3 tahun. Melakukan pertunangan. Tapi itu hanyalah sebagai tanda jika aku dan dia bersama 3 tahun. Walau hubungan itu tak pernah dia sebut sebagai sebuah hubungan.

            Malam ini, ayah dan ibu mengajak kami untuk makan malam bersama. Dia datang dengan mengenakan dress abu. Cantik. Ya. Dia memang selalu cantik. Itu yang membuatku jatuh hati padanya. Tak peduli dia menganggapku atau tidak.

            “Bagaimana pekerjaanmu, JongWoon~ah?” Tanya Ayah di sela-sela makan malam kami.

            “Kenapa harus bertanya pekerjaan saat seperti ini?” Protes ibu. Dia memang selalu seperti itu. Tidak suka jika ayah bertanya tentang pekerjaanku. Apalagi saat makan seperti ini.

            “Sedikit sibuk. Tapi aku tetap merasa  nyaman,” Jawabku seraya menangkap tangan Yena yang sedang memegang garpu. Dia tampak kaget. Tapi aku memberinya senyuman.

            “Ah! kami sudah membicarakan tentang masa depan kalian,” Sontak aku dan Yena memandang ibu kaget. Masa depan? Menikah? Cukup kaget, karena bahkan aku tak pernah berpikir hal itu. Begitu juga Yena. Meski aku sudah tahu bagaimana ekspresinya, tapi aku tetap menatapnya. Dia menundukkan kepalanya. Aku tahu. Dia masih memikirkan laki-laki itu.

            Mengaharapkan sesuatu yang jelas tak kan pernah terjadi, bukankah itu gila? Ya. Aku gila karenanya.

 

|Author Pov|

            Yena tak menemani JongWoon hari ini. Karena JongWoon akan sangat sibuk. Dan itu justru akan membuatnya merasa terasingkan. Dia akhirnya pergi menemui teman-temannya di café.

            Yena melambaikan tangannya pada teman-temannya yang memang sudah cukup lama menunggunya.

            “Maaf membuat kalian menunggu,” Ucapnya menyesal.

            “Aku mengerti kau sibuk karena calon suamimu,” Dengan cepat Henry menyikut KyuHyun karena perkataannya. Menyadari kesalahannya, dia segera meminta maaf pada Yena. Tapi Yena tak mempermasalahkannya dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

            “Bagaimana kabarmu?” Tanya Henry dingin.

            “Tidak baik,” Jawab Yena lesu. Dengan cepat Henry meletakkan tangannya di dahi Yena membuat KyuHyun hanya bisa menunduk, tak mau melihat pertunjukan itu.

            “Aku hanya bercanda,” Yena mendorong tangan Henry mencoba melepasnya dari dahinya. “Henry! Ternyata aku masih belum bisa menerimanya,” Lirihnya membuat KyuHyun dan Henry hanya bisa menatapnya pasrah. Mereka tahu itu akan sulit bagi Yena meski telah 3 tahun.

            “Lupakanlah!” Ucap Henry sambil beranjak dari duduknya. Tapi dengan cepat, Yena menarik tangannya meminta Henry jangan pergi. “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi jika kau terus menyakitinya seperti itu, itu hanya akan membuatku muak,” Amarah Henry tak dapat di bending lagi. Dia meluapkan kekesalannya karena melihat tingkah temannya yang nyaris menjadi calon kakak iparnya itu.

            “Tapi aku masih mencintai kakakmu,” Henry hanya bisa menghela nafas. Dia tahu kekuatan cinta kakaknya dengan Yena begitu dahsyat, hingga rela menyakiti laki-laki yang tulus mencintainya seperti JongWoon.

            “Kalau begitu putus dengannya. Jika kau ingin bersama laki-laki yang kau cintai itu.maka putuslah dengan JongWoon dan matilah!” Kini Henry benar-benar marah bahkan menangis.

            “Memangnya apa diberikan kakakku hingga kau menyia-nyiakan laki-laki yang tulus mencintaimu selama 3 tahun?” Yena tak dapat menjawab. Dia menangis masih menggenggam tangan Henry.

            KyuHyun hanya berusaha menenangkan Henry yang sudah diselimuti amarah. Henry menepis tangan Yena dengan kasar.

            “Jika kau ingin menjemput kakakku. Hubungi aku. Kita akan pergi bersama,” Ucap Henry sebelum akhirnya meninggalkan Yena yang masih menangis.

            “Aku mengerti perasaanmu. Tapi aku harap kau mengerti pada orang-orang di sekitarmu,” KyuHyun pergi mengejar Henry yang sudah berjalan cukup jauh dari café itu.

 

|Yena Pov|

            Seperti wanita jahat. Ya. Aku baru sadar. Jika aku begitu jahat terhadap JongWoon yang sudah jelas tulus mencintaiku. Tapi aku? Seolah ketulusan itu hanya lelucon. Aku mengabaikan perasaannya. Nama yang sulit aku hilangkan dari pikiran bahkan hatiku. Padahal aku sudah berulang kali membuatnya hilang, namun nihil. Dia tetap saja ada. Apa karena aku menganggap JongWoon sebagai pelampiasanku? Benar-benar kejam.

            “Wanita cantik tidak boleh berkeliaran di tengah malam,” Tiba-tiba saja suara itu mengagetkanku. Ya. Laki-laki itu datang. Aku benar-benar malu menatapnya. Meski aku sudah mempermainkan perasaannya selama 3 tahun, dia tetap datang padaku.

            “Kau sudah pulang,” Dengan cepat aku menghapus air mataku. Tak ingin membuatnya semakin terluka karena sikapku yang kekanak-kanakan ini. Dia meraih tanganku lalu memasukkannya ke dalam saku mantel tebalnya. Dia hanya diam. Hanya kesunyian yang menemani malam ini yang sangat canggung ini. Dia memandang langit sambil tersenyum. Senyum palsu. Ya. Karena aku melihat titik berkilau di matanya.

            “Apa yang harus ku lakukan, Yena?” Tanyanya tanpa menatapku. Aku tak dapat menjawabnya, karena aku sendiri bingung apa yang harus ku lakukan.

            “Mianhae, JongWoon~ah!” Ya. Hanya ini yang bisa ku katakan. Mungkin dia bosan mendengar kalimat ini. Tapi tak ada kalimat yang dapat menjawab kebingungan ini.

            “Aku tahu aku selalu bersamamu. Ragamu selalu menemaniku. Tapi hati dan pikiranmu bersamanya!” Dia berteriak padaku. Ya. Dia masih tak menatapku. Dia menundukkan kepalanya. Aku tahu ini sangat sulit untuknya.

            “Tak bisakah aku bersamamu di dunia saja?” Tanyanya kini menatap wajahku. Aku benar-benar malu. Setiap kali hanya ekspresi sedih dan menyebalkan ini yang bisa ku berikan padanya. Senyumnya, malam ini aku tak melihat di wajahnya. “Dengan begitu, aku bisa melepasmu bersamanya di surge nanti,” Dia menangis. Tanganku semakin erat dia genggam dalam saku mantelnya.

            Aku sangat kejam. Membuat laki-laki yang sangat baik menangis karena wanita jahat sepertiku.

            “Aku sudah meminta izin pada HanKyung. Bisakah kita bersama di du—,” Aku tahu ini sangat menyebalkan baginya. Aku tahu, aku masih belum bisa menerimanya untuk mengganti HanKyung. Menanti selama 3 tahun tidak mudah bagi orang lain. Ya. Jika JongWoon adalah orang lain, mungkin dia sudah memutuskan hubungan ini.

          Tapi tidak dengan JongWoon yang berada di hadapanku saat ini. Dia bahkan menungguku 3 tahun lamanya untuk kejadian ini. Ya. Aku menciumnya. Dengan beraninya aku melakukannya saat dia menangis. Aku tahu dia sangat marah.

          “Gomawo JongWoon~ah!” Pada akhirnya, aku tetap tak bisa menerimanya. Laki-laki sepertinya tak boleh bersamaku. Dia terlalu baik untukku yang sudah jahat padanya. Mengharapkan sesuatu yang jelas tak kan pernah terjadi, bukankah itu gila? Ya. Aku pikir aku gila saat ini.

 

==THE END==

Leave a comment